Jakarta – Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa Unit 9-10 terus berlanjut dan diperkirakan akan selesai pada tahun 2025. Proyek pembangkit listrik berkapasitas 2.000 megawatt (MW) ini terletak di Banten dan menjadi bagian penting dalam upaya pemerintah memastikan ketersediaan listrik yang cukup bagi masyarakat, terutama di wilayah Jawa, Bali, dan Madura (Jamali).

Meski sempat mendapat penolakan dari masyarakat terkait isu kelebihan pasokan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan bahwa kondisi kelebihan pasokan di wilayah tersebut mulai berangsur membaik. Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P Hutajulu, menjelaskan bahwa permintaan listrik terus meningkat, terutama karena pembangunan pusat data (data center) yang membutuhkan energi besar.

Baca juga: Cara Efektif Mencegah Kebakaran di Rumah

Peningkatan Permintaan Listrik

Pertumbuhan ekonomi di Jawa-Bali serta berkembangnya industri digital menyebabkan permintaan listrik terus naik. Data center, yang merupakan infrastruktur penting bagi perkembangan ekonomi digital Indonesia, memerlukan pasokan listrik dalam jumlah besar untuk menjaga operasionalnya. “Sebagian besar konsumen data center sangat besar. Jadi kita harus balap-balapan dengan pembangkit baru,” ungkap Jisman.

Dalam konteks ini, PLTU Jawa 9-10 berperan penting sebagai sumber energi yang akan memenuhi kebutuhan tersebut. Pembangkit ini tidak hanya menyediakan listrik dalam jumlah besar, tetapi juga menggunakan teknologi Ultra Super Critical yang lebih efisien dalam penggunaan energi.

PLTU Ramah Lingkungan dengan Teknologi Terbaru

Salah satu aspek penting yang patut dicatat adalah penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam operasional PLTU Jawa 9-10. Pembangkit ini akan menjadi yang pertama di Indonesia yang menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau dalam proses produksi listriknya, mendampingi penggunaan batu bara. Inovasi ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Dengan penggunaan teknologi tersebut, emisi karbon dioksida yang dihasilkan dapat ditekan lebih rendah dibandingkan pembangkit listrik konvensional, sehingga PLTU ini diharapkan dapat beroperasi dengan dampak lingkungan yang lebih minimal.

Baca juga: Cara Mudah Beli Pertalite Pakai QR Code: Panduan Lengkap

Menjamin Ketersediaan Listrik di Masa Depan

Pemerintah juga menyiapkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2034 untuk memastikan bahwa ketersediaan listrik di Indonesia, khususnya di wilayah Jamali, dapat terus terjamin. Pembangunan PLTU Jawa 9-10 menjadi bagian dari rencana ini, yang diharapkan mampu mengantisipasi peningkatan konsumsi energi di masa depan.

Jisman optimistis bahwa kebutuhan listrik yang terus meningkat akan dapat terpenuhi dengan hadirnya pembangkit-pembangkit baru, termasuk PLTU Jawa 9-10. “Kita harus mempersiapkan infrastruktur pembangkit listrik untuk mengimbangi pertumbuhan konsumsi energi,” jelasnya.

Manfaat Langsung Bagi Masyarakat

Dengan operasional PLTU Jawa 9-10, masyarakat di wilayah Jawa, Bali, dan Madura akan mendapatkan manfaat langsung dari stabilitas pasokan listrik. Pertumbuhan industri yang didorong oleh ketersediaan listrik yang memadai juga akan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan dan mendukung pembangunan ekonomi di wilayah tersebut.

Proyek ini juga diharapkan mendukung berbagai sektor penting seperti kesehatan, pendidikan, dan industri yang membutuhkan listrik sebagai sumber daya utama. Selain itu, keberadaan PLTU ini akan mengurangi risiko pemadaman listrik yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat dan sektor industri.

PLTU Jawa 9-10 tidak hanya menyediakan solusi atas peningkatan kebutuhan listrik, tetapi juga merupakan bagian dari langkah strategis pemerintah untuk menjaga ketersediaan energi di masa depan. Dengan teknologi ramah lingkungan yang digunakan, serta manfaat besar bagi masyarakat dan industri, PLTU ini diharapkan dapat berkontribusi positif dalam mendukung pembangunan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan.

Langkah inovatif menuju energi bersih dan berkelanjutan terus dibangun oleh Pembangkit Listrik USCR (Ultra Selective Catalytic Reduction) / PLTU Jawa 9-10, yang akan menjadi pembangkit hybrid pertama di Indonesia.

Proyek ambisius ini akan menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau sebagai bahan bakar, menggandeng PT Indo Raya Tenaga (IRT) sebagai pemilik dan operator PLTU, serta Doosan Enerbility sebagai mitra utama.

MoU untuk Keberlanjutan

Pada Pertemuan Meja Bundar Bisnis KTT ASEAN pada 7 September, Indonesia dan Korea Selatan menyaksikan penandatanganan Nota Kesepakatan (MoU) antara IRT dan Doosan Enerbility. Kesepakatan ini bertujuan untuk mewujudkan pembangkit listrik hybrid menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau, dengan target penggunaan bahan bakar mencapai 60%.

Presiden Direktur IRT, Peter Wijaya, menyampaikan bahwa PLTU Jawa 9&10, sebagai satu-satunya pembangkit di Indonesia yang menggunakan teknologi SCR, dapat dianggap sebagai pembangkit listrik hybrid yang memanfaatkan amonia sebagai bahan bakar utama. Hasil review bersama PLN engineering menunjukkan kepuasan atas keberhasilan PLTU Jawa 9&10 dalam menggagas penggunaan amonia hijau.

Baca juga: Komponen Listrik PLTU Jawa 9 Dan 10 Mulai Dikirim PT Barata Indonesia

Dukungan Pemerintah dan Pihak Swasta

Pentingnya langkah ini diakui oleh pemerintah kedua negara, yang diwakili oleh Menteri Perdagangan Korea Dukgeun Ahnr dan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Panjaitan. Kedua belah pihak menyampaikan dukungan mereka dalam upaya mencapai kebijakan net zero emission.

Vice President Doosan Power, Mr Shin Dongkyu, menekankan komitmen perusahaan untuk terus mengembangkan teknologi ramah lingkungan. Doosan Enerbility berupaya menciptakan produk-produk inovatif yang mendukung tujuan net zero emission.

Pengembangan Pasar Amonia Hijau di Indonesia

MoU ini tidak hanya mencakup rencana penggunaan amonia hijau dan hidrogen hijau sebagai bahan bakar, tetapi juga studi bersama untuk mengembangkan roadmap dan perencanaan rantai pasokan amonia hijau di Indonesia. Ini mencerminkan langkah progresif dalam menciptakan permintaan dan infrastruktur yang mendukung energi bersih.

Sebelumnya, IRT dan PLN Enjiniring telah sepakat untuk melakukan studi guna maksimalkan penggunaan amonia hijau sebagai bahan bakar di PLTU Jawa 9&10. Kesepakatan ini sudah berlangsung sejak KTT G20 di Bali pada November 2022 lalu.

Kontribusi Terhadap Lingkungan

Amonia hijau dan hidrogen hijau menjadi solusi yang ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi karbon dalam produksi dan penggunaannya. Upaya PLTU Jawa 9-10 untuk mempertimbangkan kelestarian lingkungan juga diakui melalui Indonesia Green Award (IGA) 2021. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menginspirasi pengembangan pembangkit lain yang ramah lingkungan di Indonesia dan di seluruh dunia.