Langkah inovatif menuju energi bersih dan berkelanjutan terus dibangun oleh Pembangkit Listrik USCR (Ultra Selective Catalytic Reduction) / PLTU Jawa 9-10, yang akan menjadi pembangkit hybrid pertama di Indonesia.
Proyek ambisius ini akan menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau sebagai bahan bakar, menggandeng PT Indo Raya Tenaga (IRT) sebagai pemilik dan operator PLTU, serta Doosan Enerbility sebagai mitra utama.
MoU untuk Keberlanjutan
Pada Pertemuan Meja Bundar Bisnis KTT ASEAN pada 7 September, Indonesia dan Korea Selatan menyaksikan penandatanganan Nota Kesepakatan (MoU) antara IRT dan Doosan Enerbility. Kesepakatan ini bertujuan untuk mewujudkan pembangkit listrik hybrid menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau, dengan target penggunaan bahan bakar mencapai 60%.
Presiden Direktur IRT, Peter Wijaya, menyampaikan bahwa PLTU Jawa 9&10, sebagai satu-satunya pembangkit di Indonesia yang menggunakan teknologi SCR, dapat dianggap sebagai pembangkit listrik hybrid yang memanfaatkan amonia sebagai bahan bakar utama. Hasil review bersama PLN engineering menunjukkan kepuasan atas keberhasilan PLTU Jawa 9&10 dalam menggagas penggunaan amonia hijau.
Baca juga: Komponen Listrik PLTU Jawa 9 Dan 10 Mulai Dikirim PT Barata Indonesia
Dukungan Pemerintah dan Pihak Swasta
Pentingnya langkah ini diakui oleh pemerintah kedua negara, yang diwakili oleh Menteri Perdagangan Korea Dukgeun Ahnr dan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Panjaitan. Kedua belah pihak menyampaikan dukungan mereka dalam upaya mencapai kebijakan net zero emission.
Vice President Doosan Power, Mr Shin Dongkyu, menekankan komitmen perusahaan untuk terus mengembangkan teknologi ramah lingkungan. Doosan Enerbility berupaya menciptakan produk-produk inovatif yang mendukung tujuan net zero emission.
Pengembangan Pasar Amonia Hijau di Indonesia
MoU ini tidak hanya mencakup rencana penggunaan amonia hijau dan hidrogen hijau sebagai bahan bakar, tetapi juga studi bersama untuk mengembangkan roadmap dan perencanaan rantai pasokan amonia hijau di Indonesia. Ini mencerminkan langkah progresif dalam menciptakan permintaan dan infrastruktur yang mendukung energi bersih.
Sebelumnya, IRT dan PLN Enjiniring telah sepakat untuk melakukan studi guna maksimalkan penggunaan amonia hijau sebagai bahan bakar di PLTU Jawa 9&10. Kesepakatan ini sudah berlangsung sejak KTT G20 di Bali pada November 2022 lalu.
Kontribusi Terhadap Lingkungan
Amonia hijau dan hidrogen hijau menjadi solusi yang ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi karbon dalam produksi dan penggunaannya. Upaya PLTU Jawa 9-10 untuk mempertimbangkan kelestarian lingkungan juga diakui melalui Indonesia Green Award (IGA) 2021. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menginspirasi pengembangan pembangkit lain yang ramah lingkungan di Indonesia dan di seluruh dunia.