PLTU Jawa 9 & 10 jadi contoh menonjol dalam upaya untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan infrastruktur energi dan perlindungan lingkungan. Alasan mengapa PLTU Jawa 9&10 membawa dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan sekitarnya adalah, karena suksesnya PLTU penerapan teknologi terbaru Selective Catalytic Reduction (SCR).

Data dan Fakta PLTU Jawa 9&10 Ramah Lingkungan

Berikut adalah beberapa data dan fakta yang menunjukkan bahwa PLTU Jawa 9&10 ramah lingkungan terhadap masyarakat sekitar:

1. Teknologi Pengendalian Emisi

PLTU Jawa 9 & 10 telah dilengkapi dengan teknologi pengendalian emisi terkini, termasuk Selective Catalytic Reduction (SCR), yang telah terbukti efektif dalam mengurangi emisi polutan udara, seperti nitrogen oksida (NOx). Ini membantu menjaga kualitas udara di sekitar pembangkit dan mengurangi dampak negatifnya terhadap kesehatan masyarakat.

2. Pematuhan Regulasi Lingkungan

Pembangunan dan operasi PLTU Jawa 9 & 10 telah memperhatikan ketatnya regulasi lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah. PLTU ini mematuhi standar emisi yang ditetapkan untuk industri energi, sehingga menjaga lingkungan sekitarnya tetap aman dan sehat bagi masyarakat.

Baca juga: PLTU Jawa 9-10 Mewujudkan Pembangkit Listrik Hybrid Pertama di Indonesia

3. Pengelolaan Limbah

PLTU Jawa 9 & 10 juga memiliki sistem pengelolaan limbah yang efektif untuk mengurangi dampak lingkungan. Limbah dari proses pembangkitan listrik dikelola dengan baik, termasuk limbah padat dan cair, untuk mencegah pencemaran tanah dan air di sekitar area pembangkit.

4. Pemberdayaan Masyarakat

PLTU Jawa 9 & 10 telah terlibat dalam program pemberdayaan masyarakat setempat, termasuk program pelatihan kerja, pengembangan keterampilan, dan bantuan sosial. Ini membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan memperkuat hubungan antara pembangkit dan komunitas sekitarnya.

5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PLTU Jawa 9 & 10 menerapkan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang ketat untuk melindungi karyawan dan masyarakat sekitar dari risiko yang terkait dengan operasi pembangkit. Langkah-langkah ini mencakup pelatihan keselamatan kerja, pengawasan rutin, dan pemantauan kesehatan.

Dampak positif dari penggunaan teknologi SCR tidak hanya terbatas pada lingkungan sekitar PLTU, tetapi juga mencakup wilayah yang lebih luas. Dengan mengurangi emisi NOx, PLTU ini memberikan kontribusi nyata terhadap pengendalian perubahan iklim global, membantu mengurangi jumlah gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer.

Dengan demikian, PLTU Jawa 9 & 10 telah membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur energi tidak harus berdampak negatif terhadap lingkungan. Melalui penggunaan teknologi SCR yang inovatif.

PLTU ini telah mengurangi jejak lingkungan mereka, menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi masyarakat setempat dan mendukung visi Indonesia untuk transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.

Sebagai contoh yang menginspirasi, PLTU Jawa 9 & 10 memberikan bukti bahwa pembangunan ekonomi dapat berjalan beriringan dengan perlindungan lingkungan, memperkuat komitmen Indonesia untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi semua.

Langkah inovatif menuju energi bersih dan berkelanjutan terus dibangun oleh Pembangkit Listrik USCR (Ultra Selective Catalytic Reduction) / PLTU Jawa 9-10, yang akan menjadi pembangkit hybrid pertama di Indonesia.

Proyek ambisius ini akan menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau sebagai bahan bakar, menggandeng PT Indo Raya Tenaga (IRT) sebagai pemilik dan operator PLTU, serta Doosan Enerbility sebagai mitra utama.

MoU untuk Keberlanjutan

Pada Pertemuan Meja Bundar Bisnis KTT ASEAN pada 7 September, Indonesia dan Korea Selatan menyaksikan penandatanganan Nota Kesepakatan (MoU) antara IRT dan Doosan Enerbility. Kesepakatan ini bertujuan untuk mewujudkan pembangkit listrik hybrid menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau, dengan target penggunaan bahan bakar mencapai 60%.

Presiden Direktur IRT, Peter Wijaya, menyampaikan bahwa PLTU Jawa 9&10, sebagai satu-satunya pembangkit di Indonesia yang menggunakan teknologi SCR, dapat dianggap sebagai pembangkit listrik hybrid yang memanfaatkan amonia sebagai bahan bakar utama. Hasil review bersama PLN engineering menunjukkan kepuasan atas keberhasilan PLTU Jawa 9&10 dalam menggagas penggunaan amonia hijau.

Baca juga: Komponen Listrik PLTU Jawa 9 Dan 10 Mulai Dikirim PT Barata Indonesia

Dukungan Pemerintah dan Pihak Swasta

Pentingnya langkah ini diakui oleh pemerintah kedua negara, yang diwakili oleh Menteri Perdagangan Korea Dukgeun Ahnr dan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Panjaitan. Kedua belah pihak menyampaikan dukungan mereka dalam upaya mencapai kebijakan net zero emission.

Vice President Doosan Power, Mr Shin Dongkyu, menekankan komitmen perusahaan untuk terus mengembangkan teknologi ramah lingkungan. Doosan Enerbility berupaya menciptakan produk-produk inovatif yang mendukung tujuan net zero emission.

Pengembangan Pasar Amonia Hijau di Indonesia

MoU ini tidak hanya mencakup rencana penggunaan amonia hijau dan hidrogen hijau sebagai bahan bakar, tetapi juga studi bersama untuk mengembangkan roadmap dan perencanaan rantai pasokan amonia hijau di Indonesia. Ini mencerminkan langkah progresif dalam menciptakan permintaan dan infrastruktur yang mendukung energi bersih.

Sebelumnya, IRT dan PLN Enjiniring telah sepakat untuk melakukan studi guna maksimalkan penggunaan amonia hijau sebagai bahan bakar di PLTU Jawa 9&10. Kesepakatan ini sudah berlangsung sejak KTT G20 di Bali pada November 2022 lalu.

Kontribusi Terhadap Lingkungan

Amonia hijau dan hidrogen hijau menjadi solusi yang ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi karbon dalam produksi dan penggunaannya. Upaya PLTU Jawa 9-10 untuk mempertimbangkan kelestarian lingkungan juga diakui melalui Indonesia Green Award (IGA) 2021. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menginspirasi pengembangan pembangkit lain yang ramah lingkungan di Indonesia dan di seluruh dunia.